Cara Menyembuhkan Penyakit Trigeminal Neuralgia

Trigeminal Neuralgia : Cara Menyembuhkan Penyakit Trigeminal Neuralgia

Bagaimana penanganan cara menyembuhkan penyakit Trigeminal Neuralgia ?

Cara Menyembuhkan Penyakit Trigeminal Neuralgia – Penanganan awal dari trigeminal neuralgia dimulai dengan pemberian obat-obatan yaitu pemberian obat-obat jenis carbamazepin (tegretol, lyrica, trileptal). Bila nyeri yang anda alami memberikan respon awal yang baik terhadap obat carbamazepine (nyeri berkurang sesaat setelah minum obat), hal ini semakin menguatkan bahwa saraf trigeminal anda mengalami gangguan. Obat-obatan jenis lain dapat digunakan tapi tidak seefektif jenis carbamazepin.

Bagaimana bila saya mengalami efek samping karena terlalu lama minum carbamazepin atau sudah minum carbamazepin tapi nyeri muncul lagi?

Penggunaan terlalu lama dari obat-obatan meningkatkan kadar toleransi tubuh anda terhadap obat tersebut pilihannya adalah meningkatkan dosis dengan resiko meningkatkan kemungkinan munculnya efek samping yang berbahaya. Bila pasien berada dalam kondisi tersebut maka pasien dianjurkan untuk menjalani tindakan intervensi bisa berupa injeksi saraf, laser, gamma knife dan bedah mikro minimal invasif.

Apa saja pilihan tindakan intervensi / pembedahan pada kasus Trigeminal Neuralgia? – Cara Menyembuhkan Penyakit Trigeminal Neuralgia

1. Tindakan yang sifatnya ablatif dengan bius lokal  (melukai saraf supaya fungsinya berkurang)

– Teknik Rhizotomy

Teknik ini dilakukan tanpa bius total dengan menggunakan jarum khusus yang dimasukan melalui daerah pipi dan kemudian diarahkan menuju saraf trigeminal dengan bantuan x-ray. Kemudian saraf akan dipanaskan dengan aliran listrik khusus atau diberikan bahan suntikan glycerin dengan tujuan mengurangi aktifitas saraf trigeminal. Tindakan ini sangat efektif dan mengurangi nyeri pada 80-90% pasien dengan trigeminal neuralgia. Akan tetapi harus diperhatikan bahwa tindakan ini tidak memberikan efek yang permanen. Saraf-saraf yang dirusak dengan listrik dan glicerin akan mengalami regenerasi khusus sehingga dalam beberapa waktu akan kembali lagi nyeri nya. Selain itu, terdapat kemungkinan munculnya efek samping berupa kulit wajah terasa kebas dan kelemahan otot wajah saat mengunyah. Efek samping tersebut muncul karena aliran listrik dan nahan glicerin juga mengenai saraf lain yang berjalan bersamaan dengan saraf trigeminal yang memiliki fungsi sebagai pengatur gerakan mengunyah dan menggigit.

– Radioterapi (Gamma Knife) untuk trigeminal neuralgia

Teknik ini menggunakan sinar radiasi yang terukur dan difokuskan secara akurat pada saraf trigeminal. Prinsip kerjanya hampir sama dengan teknik rhizotomi dimana sinar ini diharapkan merusak/mengablasi saraf trigeminal di lokasi tertentu dengan harapan mengurangi fungsi dan aktifitas pada saraf trigeminal. Sama seperti rhizotomi, saraf-saraf yang dirusak dengan listrik dan glicerin akan mengalami regenerasi khusus sehingga dalam beberapa waktu ada kemungkinan nyeri muncul kembali.

2. Tindakan yang sifatnya rekonstruksi / reparasi (mereposisi / melepaskan jeratan-jeratan pada saraf) dengan bius total

– Bedah Mikro (Microvascular Decompression / Jannetta Procedure).

Setelah gangguan saraf trigeminal sudah terkonfirmasi antara riwayat perjalanan nyeri dan hasil pemeriksaan MRI maka terapi yang paling efektif adalah melepaskan jepitan saraf melalui prosedur operasi. Teknik operasi yang tersedia adalah bedah minimal invasif Micro Vascular Decompression (MVD) dengan teknik Jannetta.

Source Ebrainmd.com

Prosedur ini dimulai dengan melakukan irisan kecil sekitar 3-4 cm di belakang salah satu sisi telinga (sesuai dengan keluhan anda dimana, kanan/kiri). Kemudian  dilanjutkan dengan membuat akses pada tulang dengan diameter 2 cm menggunakan burr khusus dgn diameter 3 mm.

Image result for trigeminal pain
Source  Google Image

Selanjutnya, dengan bantuan mikroskop khusus dengan resolusi tinggi menggunakan alat-alat bedah mikro, proses identifikasi saraf trigeminal dilakukan. Setelah ditemukan, saraf tersebutkan dibebaskan dari jepitan atau tekanan dari struktur sekitar dan diberikan lapisan serat khusus sebagai pelindung.

Image result for trigeminal pain
Source Google Image (University of Florida)

Setelah menjalani operasi, nyeri akan berkurang sangat signifikan, terkadang dapat disertai rasa kebas ataupun tidak. Solusi selain operasi adalah injeksi gliserol pada saraf dan radiasi (gamma-knife), akan tetapi saat ini teknik operasi dianggap sebagai terapi utama karena bekerja pada target masalah dan manfaat perubahannya signifikan.

 

Mana terapi yang terbaik untuk saya dok? – Cara Menyembuhkan Penyakit Trigeminal Neuralgia

Teknik microvascular decompression adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah trigeminal neuralgia akibat penekanan dari pembuluh darah sekitar saraf. Bila dalam proses evaluasi kondisi tubuh anda sehat dan tidak ada permasalahan dengan jantung dan penyakit metabolik lainnya sehingga memungkinkan untuk menjalani bius total kami akan menyarankan anda untuk menjalani prosedur pembedahan karena 80-90 persen nyeri berkurang hingga hilang dan bertahan lama.

Akan tetapi bila anda tidak memungkinkan untuk dioperasi karena berbagai macam sebab seperti penyakit jantung yang berat. Anda adalah orang yang sibuk dan tidak punya waktu cuti kurang lebih 3-4 hari maka kami menyarankan anda menjalankan prosedur rhizotomi karena prosedur ini tanpa bius total dan one-day care (tidak perlu menginap di rumah sakit). Akan tetapi seperti yang sudah saya jelaskan di atas, ada kemungkinan besar nyeri muncul lagi dan anda harus mengulangi prosedur ini lagi.

Bila anda tipe orang yang menghindari tindakan invasif (bedah dan suntik) anda dapat memilih tindakan gamma knife, akan tetapi seperti yang sudah saya jelaskan di atas, sama seperti rhizitomi, ada kemungkinan besar nyeri muncul lagi. Dan anda tidak disarankan menjalani prosedur ini berulang-ulang karena paparan radiasi berulang-ulang dapat berbahaya bagi otak dan jaring lainnya. Selain itu biaya yang ditanggung juga jauh lebih tinggi dibanding dengan terapi-terapi lainnya.

 

Berapa Biaya Operasi untuk Menyembuhkan Penyakit Trigeminal Neuralgia Dok ?

Biasa masing-masing prosedur intervensi berbeda-beda, selain gamma knife. Seluruh prosedur dapat dikerjakan dirumah sakit yang melayani BPJS  (RS Tipe B dan A). Namun bila anda memilih untuk menggunakan asuransi pribadi atau biaya pribadi. Prosedur rhizotomi memiliki kisaran harga antara 25-35 juta rupiah sedangkan untuk operasi bedah mikrovaskular dekompresi (MVD) saraf berkisar antara 65-75 juta rupiah.

Semoga bermanfaat !

Salam hormat,

Gibran A Wibawa, dr., SpBS., MBA.

 

Informasi lebih lanjut dapat anda akses melalui layanan whatsapp yang kami sediakan

Tumor Otak : Mengapa Wanita Harus Waspada Pada Tumor Pituitari / Adenoma Hipofisa ?

Waspada Tumor Otak Pada Wantita

Mengapa wanita harus waspada pada (Tumor Otak) Tumor Pituitari / Adenoma Hipofisia ?

Tumor Pituitari / Tumor Otak merupakan kasus yang cukup sering kami jumpai  di Indonesia. Tidak semua kasus ini memerlukan pembedahan.

Singkatnya, pembedahan dilakukan pada jenis tumor yang menghasilkan hormon secara berlebih (kecuali prolaktinoma) dan/atau memiliki ukuran yang besar sehingga menjepit struktur otak/saraf sekitarnya (contohnya saraf penglihatan).
Lanjutkan membaca “Tumor Otak : Mengapa Wanita Harus Waspada Pada Tumor Pituitari / Adenoma Hipofisa ?”

Aneurisma Otak : Bagaimana penanganan kasus aneurisma otak ?

Aneurisma Otak : Bagaimana penanganan kasus aneurisma otak ?

Apa itu aneurisma otak ?

Aneurisma Otak

Aneurisma otak adalah pelebaran pembuluh darah otak yang menyerupai bentukan balon yang muncul pada lapisan pembuluh darah yang lemah/tipis. Pelebebaran tersebut perlahan-lahan membesar dan dapat pecah sewaktu-waktu.

Terdapat tiga faktor dari luar tubuh yang dapat melemahkan pembuluh darah otak yaitu merokok, hipertensi dan minum alcohol berlebihan.

Apa yang terjadi bila aneurisma pecah ?

Bila aneurima otak pecah, pasien akan mengalami nyeri kepala parah yang mendadak muncul tiba-tiba. Pasien-pasien menyebutnya sebagai nyeri kepala paling hebat yang pernah dirasakan seumur hidupnya. Itu yang mebedakan gejala ini dari nyeri kepala biasa.

Mana yang paling baik, CT Angiografi / MRA / DSA ?

Untuk check up berkala, MR Angiography (MRA) merupakan pilihan pertama karena pemeriksaan ini tidak invasif dalam arti tidak menimbulkan rasa sakit. Pasien tidak  perlu dipungsi (suntikan) dan tidak perlu suntikan obat kontras. Pasien-pasien dengan permasalahan ginjal biasanya lebih disarankan melakukan MRA. Permasalahannya adalah pemeriksaan ini hanya di kota-kota besar karena tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki mesin MRA.

CT angiografi dilakukan pada kasus-kasus darurat dengan penggunaan obat-obatan kontras (pewarna pembuluh darah). Pasien biasanya disyaratkan untuk melakukan pemeriksaan ginjal terlebih dahulu karena penggunaan obat-obatan kontras dapat memperberat kondisi sakit ginjal walaupun dalam beberapa tahun terakhir telah digunakan teknik dan obat-obatan kontras dengan resiko redah pada ginjal namun tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas ini.

Digital Substraction Angiography (DSA)

Digital Substraction Angiography (DSA) adalah prosedur pemeriksaan pembuluh darah otak dengan mengalirkan zat kontras (pewarna pembuluh darah) melalui kateter / selang khusus menggunakan mesin fluoroskopi di ruang cath-lab. Pemeriksaan DSA merupakan pilihan utama pada kasus aneurisma karena prosedur ini dapat memberikan tidak hanya visualisasi pembuluh darah secara tiga dimensi (3D) tapi juga menampilkan gambar aliran darah.

Perlu diingat bahwa CT Angiografi dan DSA merupakan tindakan yang menghasilkan radiasi sehingga pada kasus tertentu disarankan tidak dilakukan seperti check up berkala pada kasus perempuan dengan kehamilan. Jadi pemilihan ketiganya berdasarkan pertimbangan berikut :

  • kebutuhan darurat/non darurat,
  • invasif/non invasif,
  • radiasi/non radiasi,
  • kondisi ginjal penilaian aliran darah, dan
  • ketersediaan fasilitas di Rumah Sakit.

Apa yang dilakukan untuk mencegah aneurisma pecah ?

Kateterisasi dan “Coiling” Aneurisma Otak

Bila anda memiliki aneurisma otak dengan ukuran kurang dari 10 mm dan tanpa gejala, anda tidak perlu panik, yang harus anda lakukan adalah pemeriksaan pembuluh darah otak berkala (CT Angio/MRA/DSA), maksimal 6 bulan sekali anda harus periksa sedangkan untuk ukuran lebih dari 10 mm anda disarankan untuk dilakukan tindakan intervensi baik endovaskular / kateterisasi maupun pembedahan tergantung dari jenis dan kondisi pasien.

Apakah saya bisa kembali beraktivitas setelah menjalani prosedur kateterisasi / operasi ?

Tentu saja anda bisa kembali beraktivitas dan bekerja seperti biasa. Pada kasus pasca kateterisasi/operasi aneurisma tidak pecah (non ruptured/tanpa keluhan tapi ukuran lebih dari 10 mm) pasien disarankan untuk istirahat selama 1 minggu setelah itu bisa kembali beraktifitas. Sedangkan pada kasus pasca kateterisasi/operasi aneurisma pecah, selama tingkat kesadaran dan kondisi sebelum operasi baik (sadar baik, berbicara terstruktur) disertai dengan penanganan awal tepat dan cepat, pasien akan diminta beristirahat selama 2-3 minggu.

Apa saran anda untuk para penderita aneurisma otak?

Bila anda mengalami nyeri kepala sangat parah, jangan ditawar, segera hubungi rumah sakit yang memiliki layanan dokter bedah saraf terdekat dengan lokasi anda dan untuk kondisi darurat, lakukan pemeriksaan CT Angiografi segera.

Sedangkan bila anda memiliki aneurisma tanpa gejala, tetap lakukan pemeriksaan berkala dengan pilihan yang sudah saya sebutkan di atas. Silahkan periksa dan minta pendapat dengan berbagai dokter saraf dan bedah saraf. Penting bagi anda untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyak sebelum melakukan pilihan terapi.

Semoga bermanfaat !

Salam Hormat,

Gibran A Wibawa, dr., Sp.BS

Informasi lebih lanjut dapat anda akses gratis melalui layanan whatsapp yang kami sediakan atau hubungi kami.

Tumor Otak : Mengenal Gejala Dan Penanganan Kasus Adenoma Hipofise Atau Tumor Hipofisis

Tumor Otak : Mengenal Gejala Dan Penanganan Kasus Adenoma Hipofise Atau Tumor Hipofisis

Tumor Pituitari / Adenoma Hipofise / Tumor Hipofisis
Tumor Pituitari / Adenoma Hipofise

Mengenal Gejala Dan Penanganan Kasus Adenoma Hipofise Atau Tumor Hipofisis – Kelenjar pituitari juga disebut sebagai kelenjar pusat hormon karena berfungsi mengontrol produksi kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon diseluruh tubuh. Diagnosis sebuah tumor pituitari (adenoma hipofise) memerlukan ilmu multidisiplin yang merupakan gabungan para spesialis dengan berbagai latar belakang keilmuan. Ada seorang neuroradiologi, yaitu ahli radiologi yang memiliki sub spesialis dibidang otak, ahli endokrin (hormon), spesialis mata, spesialis saraf dan bedah saraf.

Sekitar 10 % dari tumor di daerah pituirari bukan berasal dari jaringan kelenjar pituirari maka dibutuhkan diagnosis yang tepat dalam terapi tumor pituitari atau tumor hipofisis. Sebagian besar jenis tumor kelenjar pituitari merupakan jenis yang jinak, permasalahannya adalah lokasi tumor pituitari yang terkadang berada pada lokasi-lokasi vital yang sangat dekat dengan pembuluh darah besar otak maupun saraf-saraf utama otak.

Apa saja gejalanya ?

tumor hipofisis
Gambar Atas : Contoh lapang pandang normal. Gambar Bawah : Keluhan tumor pituitari/adenoma hipofise biasanya adalah pandangan mata samping yang menyempit.

Tumor pada pituitari merupakan jenis kasus yang menantang karena variasi gejalanya yang bermacam-macam. Kasus ini sering kali tidak terdiagnosis bahkan setelah anda berkunjung ke berbagai macam dokter. Ada yang terlebih dahulu berkunjung ke dokter kandungan karena gangguan siklus haid, ada yang ke dokter mata karena gangguan penglihatan, dan ada juga yang berkunjung ke dokter saraf karena nyeri kepala kronik.

Secara umum, penderita tumor pituitary akan datang dengan keluhan sebagai berikut :

  • Nyeri kepala berkepanjangan.
  • Gejala selanjutnya yang sering muncul pada penderita tumor pituitari adalah gangguan penglihatan. Berdasarkan lokasinya, pertumbuhan tumor akan secara langsung menekan / menjepit saraf penglihatan yang berdampak pada hilangnya lapang pandang bagian samping.
  • Masalah ketiga yang sering muncul adalah gangguan keseimbangan hormon, seperti badan terasa lemas dan tidak bertenaga,  munculnya gangguan siklus haid, munculnya air susu dari puting payudara, striae / garis-garis seperti orang hamil di perut walaupun sedang tidak dalam kehamilan, gangguan hormon testosteron dan hormon tiroid.

Pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan untuk tumor hipofisis?

Pemeriksaan dasar yang harus dikerjakaan pertama kali adalah pemeriksaan kandungan hormon pada darah dan pemeriksaan MRI kepala dengan kontras. Selanjutnya bila disertai keluhan pandangan mata kabur dan menyempit pasien akan akan menjalankan pemeriksaan tes lapang pandang mata.

Apa saja pilihan terapinya ?

Terapi sangat tergantung dari gangguan hormon yang terjadi dan ukuran tumor.

Pasien tumor pituitari (adenoma hipofise) dengan gangguan hormon akan menjalani pemeriksaan kadar hormone darah. Yang pertama harus diketahui adalah kondisi nilai hormon prolaktin, apakah terjadi sedikit peningkatan saja  (50-150)  atau terjadi lonjakan hormon prolaktin (>200).

Peningkatan kadar sekitar 50-150 mungkin disebabkan oleh penekanan batang kelenjar pituitari oleh tumor sehingga perlu dilakukan operasi sedangkan bila kadar hormon prolaktin lebih 200 yang biasanya disebabkan oleh prolaktinoma (tumor pada sel pituitary penghasil hormone prolaktin) dimana terapi terbaik saat ini adalah dengan pemberian obat-obatan dopamin agonist, biasanya tumor  akan mengecil hingga 90% disertai perbaikan dari jumlah hormon prolaktin dalam darah.

Jenis tumor kelenajar pituitari yang lain berasal dari kelenjar-kelenjar yang menghasilkan Growth hormon, ACTH (cushing disease) dan TSH. Terapi untuk tiga jenis tumor ini adalah pembedahan akan tetapi bila terjadi gangguan kadar hormon, tim dokter juga akan memberikan terapi hormon bersamaan dengan terapi-terapi lainnya.

Pada pasien yang tidak mengalami permasalahan hormon (non-functioning tumor), dibedakan menjadi dua kelompok, tumor ukuran kecil (mikroadenoma < 1 cm) dan tumor ukuran besar (makroadenoma > 1 cm).

Tumor mikroadenoma non-fungsional (tidak mengalami permsalahan hormon dan ukuran kecil) sering ditemukan secara tidak sengaja pada proses MRI. Pada jenis ini hanya akan dilakukan observasi ketat dengan mri kepala dengan kontras  per 3 bulan atau 6 bulan sesuai perkembangan kondisi pasien. Sedangkan untuk ukuran tumor yang besar hingga menyebabkan gangguan penglihatan harus segera dilakukan pembedahan.  Teknik bedah dapat berupa bedah mikro atau endoskopi lewat hidung. Prosedurnya sangat tergantung dari bentuk, ukuran serta posisi tumor terhadap struktur vital dalam otak.

Image result for macroadenoma treatment
Operasi Endoskopi Melalui Hidung

Image result for eyebrow incision craniotomy
Teknik Bedah Mikro Melalui Irisan Pada Alis Mata (Pic Source: Hindawi.com)

Radioterapi serta gamma knife dapat dilakukan pada kasus-kasus tumor dengan ukuran kecil tanpa disertai gangguan penglihatan. Radioterapi dan gamma knife juga dilakukan bila pembedahan tidak maksimal dan meninggalkan beberapa sisa tumor di dekat daerah perlekatan tumor dengan struktur vital.

Semoga bermanfaat.

Salam hormat,

Gibran A Wibawa, dr., SpBS., MBA.

Informasi lebih lanjut dapat anda akses gratis melalui layanan whatsapp yang kami sediakan atau hubungi kami.

Chiropraktik Terapi Saraf Terjepit Pada Tulang Belakang

Chiropraktik Yang Baik Untuk Terapi Saraf Terjepit Pada Tulang Belakang

Chiropraktik Terapi Saraf – Mayoritas penderita nyeri leher pasti pernah menjalani terapi fisik baik itu oleh ahli fisioterapi maupun oleh ahli chiropraktik. Nama terakhir belum begitu umum akan tetapi di Amerika Serikat, posisi chiropraktik lebih dulu dikenal oleh para penderita nyeri leher. Kebanyakan penderita bahkan menemui chiropraktik terlebih dahulu ketimbang berkonsultasi kepada dokter. Para chiropraktik di Amerika Serikat menempuh pendidikan selama kurang lebih 4 tahun sebelum mendapatkan lisensi nasional dari badan pemerintah resmi setera IDI (Ikatan Dokter Indonesia).

Walaupun profesi saya sebagai dokter bedah saraf, saya juga akan menghindari operasi jika memungkinkan dan saya akan memilih terapi-terapi non-bedah terlebih dahulu untuk meredakan nyeri saya seperti akupuntur, fisioterapi, dan chiropraktik. Saya juga akan menyarankan hal yang sama kepada pasien jika memang masih memungkinkan jalan non-bedah.

Namun bagaimanakah cara memilih chiropractic yang tepat bagi anda, terlebih setelah beberapa tahun yang lalu terdapat kasus malpraktek oleh ahli chiropraktik yang menimpa seorang remaja putri. Kita tahu banyak sekali kasus dokter-dokter palsu atau penipuan berkedok dokter walaupun dokter di Indonesia memiliki latar belakang sejarah yang kuat dan memiliki banyak perhimpunan resmi tetap saja kasus penipuan marak dan kadang butuh waktu lama hingga terungkap. Begitu juga dengan ahli chiropraktik yang pada dasarnya memiliki kompetensi, banyak juga yang mengaku ahli chiropraktik tanpa pendidikan-pendidikan khusus, itu yang sangat berbahaya.

Seorang chiropractic yang baik akan menangani anda seperti seorang dokter. Mereka akan melakukan wawancara mengenai riwayat perjalanan penyakit anda secara detail, menanyakan lokasi-lokasi kulit mana yang merasa kesemutan sesuai dengan arah sebar saraf satu-persatu (dermatome). Mereka juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan fungsi saraf sebelum melakukan manipulasi spine dan memeriksa hasil-hasil pemeriksaan yang ada seperti MRI, X Ray, dan EMG.

Proses pemeriksaan yang lama menunjukan bahwa mereka mencoba menganalisa kondisi yang terjadi, akan tetapi anda perlu mewaspadai bila terdapat ahli chiropraktik yang langsung melakukan terapi manipulasi tulang belakang tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Tambahan untuk Chiropraktik

Sebagai tambahan, bila anda mengunjungi ahli terapi fisik baik itu fisioterapi, dokter, chiropraktik coba untuk tidak menunjukan hasil bacaan kesimpulan radiologi. Coba perhatikan apakah mereka bisa menemukan kelainan yang ada MRI / CT Scan tanpa mengetahui hasil bacaan kesimpulan radiologi. Cocokan hasil bacaan kesimpulan radiologi dengan hasil / pendapat mereka. Hal ini sebagai bahan pertimbangan apakah mereka betul-betul memahami dan berkompetensi dalam bidang tersebut.

Kembali ke topik, terdapat berbagai macam teknik chiropraktik untuk terapi saraf terjepit pada  tulang belakang, bisa dengan tangan kosong maupun dengan alat bantu. Tujuan manipulasi tulang belakang daerah leher adalah untuk melonggarkan lubang-lubang atau saluran yang dilalui saraf-saraf mulai dari gerakan meregang leher sampai gerakan-gerakan memutar secukupnya dan terkadang menimbulkan bunyi ”crack” (cracking) yang timbul dari gelembung-gelembung udara pada persendian antar tulang belakang (facet joint). Para ahli chiropraktik juga melakukan terapi dengan tujuan meningkatkan aliran darah dan oksigenasi.

Bila anda menderita saraf terjepit akibat HNP, ahli chiropraktik biasanya akan melakukan teknik dekompresi dan tidak menggunakan teknik manipulasi ”cracking” (bila anda ingat saat potong rambut biasanya diakhir kepala anda akan dipijat dan manipulasi cepat kearah kanan dan kiri hingga timbul suara ”crack”.

Bila terapi dilakukan secara tepat, maka tubuh akan menghasilkan endorfin (anti nyeri natural dari tubuh) sehingga akan muncul rasa nyaman dan nyeri yang berkurang untuk beberapa waktu sesaat setelah tindakan. Sedangkan untuk mengkoreksi struktur yang menjepit, dibutuh beberapa kali sesi karena otot dan struktur sekitar membutuhkan waktu untuk menyesuaikan. Selain itu otot juga akan dilatih untuk secara khusus supaya dapat menopang atau merubah struktur yang bermasalah menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Sesi tersebut berlangsung mulai dari minggu pertama hingga minggu ke-6.

Kesimpulan Mengenai Chiropraktik untuk Terapi Saraf Terjepit

Kata kunci disini adalah, saya berpendapat bahwa :

  1. pasien harus mengetahui sebelumnya apakah mereka menderita HNP yang menjepit saraf pusat (jepitan ditengah/canal stenosis) atau yang menjepit saraf tepi ( jepitan dipinggir/foraminal stenosis).
  2. Kemudian pasien harus mengetahui apakah kondisi tulang belakang bagian lehernya stabil atau tidak (pasca trauma ada kemungkinan tidak stabil/gangguan sendi kepala leher (craniocervical junction).
  3. Pastikan bahwa ahli Chiropraktik yang anda kunjungi betul-betul berlisensi.

Chiropraktik dapat memberikan ”manfaat yang baik” pada kasus nyeri leher akibat spasme otot dan jepitan saraf tepi (foraminal stenosis). Sedangkan pada penderita dengan canal stenosis (jepitan pada saraf pusat daerah leher) serta gangguan stabilitas tulang belakang (pasca trauma/gangguan sambungan kepala leher) ”tidak saya sarankan” untuk menjalani manipulasi tulang belakang berkaitan potensi masalah yang dapat ditimbulkan.

Semoga bermanfaat.

Salam hormat,

Gibran A Wibawa, dr., SpBS., MBA

Informasi lebih lanjut dapat anda akses gratis melalui layanan whatsapp yang kami sediakan

× Whatsapp dr Spesialis kami, Free!