Kebohongan dan Kekeliruan Tentang HNP

Kebohongan dan Kekeliruan Tentang HNP (Bantalan Sendi Tulang Belakang Yang Menonjol)

Kebohongan dan Kekeliruan Tentang HNP
Kebohongan dan Kekeliruan Tentang HNP – Bantalan Sendi Tulang Belakang yang Menonjol

Kekeliruan Tentang HNP – Para penderita nyeri punggung bawah (low back pain) yang berkunjung ke dokter pasti akan menjalani pemeriksaan  MRi tulang belakang. Pada hasil akhir pemeriksaan para penderita mungkin akan membaca bahwa anda memiliki HNP atau bantalan tulang belakang yang menonjol. Seketika anda akan berpikir bahwa anda harus dioperasi.

Operasi adalah pilihan terakhir pada kasus nyeri punggung bawah. Sebagian besar penelitian mengungkapkan bahwa bantalan tulang belakang pada usia lanjut sering terjadi dan seringkali tidak menimbulkan nyeri. Penelitian tersebut dilakukan secara acak pada populasi umur diatas 50 tahun yang tidak memiliki keluhan apa-apa. Hal tersebut merupakan proses penuaan biasa sama seperti ketika anda memiliki uban pada rambut anda.

Jadi apakah anda akan mencabut uban anda? Atau apakah anda akan mengoperasi rambut anda yang memutih?

“HNP belum tentu menyebabkan nyeri karena HNP belum tentu menyebabkan adanya jepitan pada saraf-saraf tulang belakang.”

Kata kuncinya di sini adalah tindakan intervensi baik tanpa operasi atau operasi (sebagai opsi terakhir) ditujukan pada HNP yang menjepit saraf. Nyeri punggung bawah biasanya disertai dengan keluhan gangguan saraf seperti nyeri punggung yang semakin memberat saat berjalan (dulu jalan 100 meter kuat, semakin kesini semakin dekat sudah sakit), atau nyeri punggung yang disertai rasa kesemutan, geringgingan, tebal pada kulit serta nyeri punggung bawah disertai kelemahan otot kaki (seperti drop foot) atau pergelangan kaki lemah saat harus mengangkat maupun jinjit atau seperti posisi menginjak pedal gas.

Semoga bermanfaat.

Salam hormat,

Gibran A Wibawa, dr., SpBS., MBA.

Informasi lebih lanjut dapat anda akses gratis melalui layanan whatsapp yang kami sediakan

Posisi Tidur Dan Jenis Bantal Yang Baik Untuk Nyeri Leher

Posisi Tidur Dan Jenis Bantal Yang Baik Untuk Penderita Nyeri Leher Dan Saraf Tulang Belakang Yang Terjepit Akibat HNP

Posisi Tidur Nyeri Leher – Bagi para penderita nyeri leher, pasti akan sering berganti posisi tidur, mencari posisi terbaik supaya nyeri berkurang, miring, tengkurap, maupun terlentang. Masing-masing posisi tersebut memiliki pengaruh berbeda terhadap kondisi leher. Usahakan tidak tidur tengkurap karena posisi tersebut tidak fisiologis / tidak sehat terhadap tulang belakang bagian leher. Pada umumnya pasien akhirnya akan merasa nyaman tidur dengan posisi miring.

Posisi tidur bagi penderita nyeri leher yang baik.
Ilustrasi posisi tidur yang baik

Pada posisi tidur miring, anda harus tetap menjaga posisi leher anda tetap lurus dan sejajar dengan punggung, sehingga akan tercipta jarak antara kepala dan tempat tidur. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah anda harus memastikan menggunakan jenis bantal yang tebal dengan ukuran yang sesuai dan keras untuk mengisi celah antara kepala dan tempat tidur sehingga posisi leher anda tetap lurus. Bila bantal terlalu tinggi dan sebaliknya bila bantal terlalu empuk (kempes) dan tidak tebal maka leher anda akan tidak sejajar.

Posisi tidur yang benar
Posisi tidur yang benar
Contoh posisi tidur miring yang baik dengan ukuran bantal yang tepat
Contoh posisi tidur miring yang baik dengan ukuran bantal yang tepat

Jika anda tidur terlentang, pilihlah bantal yang sangat-sangat tipis di bagian tengah atau berlubang di bagian tengahnya, walaupun terasa janggal, akan tetapi pada kenyataan itu baik bagi persendian leher anda. Bantal yang terlalu keras dan tinggi akan menyebabkan leher anda menekuk sehingga rongga-rongga saraf akan menyempit dan akan memperparah kondisi anda.

Bantal yang baik untuk posisi tidur terlentang bagi penderita nyeri leher / jepitan saraf tulang belakang bagian leher
Bantal yang baik untuk posisi tidur terlentang bagi penderita nyeri leher / jepitan saraf tulang belakang bagian leher

Kata kunci disini menjaga posisi leher dan tulang belakang sejajar dengan cara menggunakan bantal yang sesuai dengan UKURAN tubuh anda, bukan bantal yang dijual dengan embel-embel BANTAL KHUSUS TULANG BELAKANG, karena bisa jadi ukuran bantal tersebut tidak sesuai dengan tubuh anda.

Jika anda tidur miring, bantal terlalu empuk / kempes dapat menyebabkan kepala jatuh, sedangkan bantal terlalu tinggi akan menyebabkan kepala terangkat, keduanya menyebabkan leher anda “membengkok”. Sedangkan jika anda tidur terlentang, pastikan leher anda tidak tertekuk dengan menggunakan bantal yang tipis atau berlubang di tengah.

Semoga bermanfaat.

Gibran A Wibawa, dr., SpBS., MBA.

Informasi lebih lanjut dapat anda akses gratis melalui layanan whatsapp yang kami sediakan atau hubungi kami.

Mengenal perbedaan antara X-Ray, CT Scan atau MRI

Mengenal perbedaan antara X-Ray, CT Scan, atau MRI untuk kasus saraf terjepit pada tulang belakang

Perbedaan X-Ray, CT Scan atau MRI – Ada beberapa macam pemeriksaan radiologi yang sering digunakan untuk mengevaluasi kasus-kasus jepitan saraf tulang belakang mulai dari leher hingga ke pantat.

Perbedaan X-Ray, CT Scan atau MRI
X Ray Tampak Depan-Tampak Samping

Pertama, X-ray atau foto polos, telah digunakan selama puluhan tahun untuk mengevaluasi kondisi tulang belakang secara dua dimensi, tampak depan dan tampak samping. X ray atau foto polos memberikan gambaran sederhana mengenai kondisi tulang dimana kita bisa mengetahui apakah ada pergeseran tulang, tulanh yang patah, gangguan instabilitas antar tulang belakang dan tumor.

Untuk mengevaluasi adanya tulang yang patah dan tumor tulang, memang x ray tidak sebaik ct scan dan mri. Kita juga dapat mengetahui secara sederhana apakah terdapat osteoporosis atau osteopenia pada tulang belakang, walaupun hasilnya tidak sedetail ct-scan apalagi bila dibandingkan dengan Bone Marrow Densitometer (BMD). X ray di pilih sebagai pilihan awal untuk mengetahui informasi dasar tentang tulang karena harganya yang sangat murah. Untuk mengetahui kondisi tulang secara lebih detail memang CT Scan lebih bagus, sedangkan mri saat ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia untuk mengetahui kondisi saraf.

Perbedaan X-Ray, CT Scan atau MRI
CT Scan Tulang Belakang Daerah Leher (Sumber gambar : google)

Yang kedua adalah CT Scan tulang belakang, pemeriksaan ini akan dilakukan pada kasus-kasus trauma atau pasca kecelakaan maupun pada kasus kasus infeksi tulang dimana di Indonesia yang menjadi mayoritas adalah penyakit tuberculosis pada tulang belakang. Sedangkan kasus-kasus HNP atau degeneratif, ct scan juga sering digunakan untuk mengevaluasi jepitan saraf oleh osteofit atau pertumbuhan tulang abnormal (umumnya pada orang tua) yang dapat menjepit saraf tulang belakang.

Perbedaan X-Ray, CT Scan atau MRI
CT Scan Tulang Belakang Daerah Leher (Tampak 3D) (Sumber gambar : google)

Perlu diperhatikan bahwa mesin CT Scan menghasilkan tingkat radiasi yang tinggi bila dibandingkan dengan x ray biasa. Penderita dengan kehamilan biasanya tidak dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ini karena efek radiasi yang kurang baik terhadap janin kecuali jika benar-benar penderita dengan kehamilan tersebut benar-benar dalam kondisi kritis. Namun bila dalam kondisi stabil pemeriksaan dapat digantikan dengan MRI walaupun tidak sebaik CT Scan dalam mengevaluasi kondisi tulang.

MRI Tulang Belakang Daerah Leher (Sumber gambar : google)

Yang ketiga adalah pemeriksaan MRI. Pemeriksaan MRi tulang belakang biasa digunakan untuk mengevaluasi kondisi saraf tulang belakang, kondisi bantalan tulang belakang yang menonjol (HNP), dan kondisi jaringan-jaringan lunak disekitar saraf (ligamen, otot, lemak disekitar saraf, cairan saraf). Untuk tujuan ini, MRI mutlak harus dilakukan karena hasilnya yang jauh lebih superior dibandingkan dengan CT scan dan x ray.

Gambar Bone Density Scan Tulang Belakang Daerah Pinggang (Sumber gambar : google)

Yang terakhir, yaitu Bone Densitometri (BMD). Bila dokter akan melakukan pemasangan implan dan melihat ada tanda-tanda osteopenia dan osteoporosis (kekurangan sel tulang) maka dokter-dokter pada umumnya akan meminta pemeriksaan Bone Marrow Densitometri untuk mengetahui kepadatan tulang pasien tersebut.

Biaya untuk x-ray tulang belakang berkisar antara Rp 80.000 hingga 250.000 perfoto sedangkan haga CT scan tulang belakang tanpa kontras berkisar antara 1 hingga 2 juta perlokasi. Untuk harga MRI tulang belakang tanpa kontras pada umumnya berkisar diantara 2.5 hingga 4 juta per lokasi (leher saja / pinggang saja). Bone densitometri berkisar diharga Rp 400.000 hingga Rp 1.000.000. Biaya-biaya tersebut sangat tergantung dari kebijakan masing-masing rumah sakit (seperti diskon ataupun paket-paket pemeriksaan) akan tetapi kisaran harga awal seperti yang telah disebutan. Anda dapat menggunakan fasilitas asuransi ataupun dengan biaya pribadi.

Semoga bermanfaat.

Gibran A Wibawa, dr., SpBS., MBA.

Informasi lebih lanjut dapat anda akses gratis melalui layanan whatsapp yang kami sediakan atau hubungi kami.

4 Hal Yang Harus Dilakukan Supaya HNP Tidak Perlu Dioperasi

HNP Tidak Perlu Dioperasi – Jika saya memiliki HNP pada leher, pada awalnya pasti saya juga akan menghindari operasi. Itu bukan merupakan hal yang salah karena operasi merupakan jalan terakhir bila terapi-terapi non operasi tidak kunjung memberikan hasil.

HNP Tidak Perlu dioperasi
Jepitan Saraf Tulang Belakang Yang Menyebabkan Nyeri Leher Menjalar

4 Hal Yang Harus Dilakukan Supaya HNP Tidak Perlu Dioperasi

Pertama, saya akan merubah pola aktifitas. Saya akan menghindari segala macam aktifitas yang meningkatkan resiko gerakan ekstrim pada leher saya seperti lari, renang, loncat-loncat, bersepeda gunung dan hal-hal lain yang memaksa leher bergerak berlebihan kebelekang, kedepan, menoleh kanan ataupun kiri sehingga rongga-rongga saraf yang terjepit semakin terbebani.

Kedua, saya akan menahan diri untuk operasi jika keluhan hanya nyeri yang berkurang dengan obat-obatan, selama saya tidak mengalami gangguan saraf seperti : kesemutan, rasa tebal pada kulit, nyeri hebat yang tidak berkurang sedikitpun dengan obat, serta kekuatan otot melemah, saya akan menahan diri dari operasi karena bila keluhan hanya nyeri leher,  beberapa kasus nyeri leher dapat membaik tetapi membutuhkan waktu yang agak lama bahkan ada yang sampai 6 minggu namun dengan membaik.

Ketiga, saya akan mencoba mencari pendapat-pendapat dari ahli non-bedah. Akan baik untuk anda mendapat saran dari ahli medis non-bedah sebagai bahan pengimbang dari informasi-informasi yang disampaik oleh dokter bedah saraf-tulang belakang. Anda bisa minta pendapat dari dokter saraf, ciropraktis, serta anda perlu mendengar masukan dari orang-orang sekitar anda(keluarga, teman kantor, pasangan) yang cukup mengetahui kondisi anda, apakah anda semakin memburuk atau kondisi anda semakin membaik.

Keempat, saya akan mengkonsumsi obat anti nyeri. Karena saya tahu beberapa kasus nyeri leher dapat membaik tetapi membutuhkan waktu yang agak lama bahkan ada yang sampai 6 minggu namun dengan membaik. Maka dari itu saya perlu obat-obatan untuk mengontrol rasa nyeri. Bagi anda yang anti minum obat, anda harus mengalah meskipun anda berpendapat bahwa ada alternatif lain, yakin lah untuk mengkonsumsi obat anti nyeri sambil menjalankan terapi-terapi alternatif tersebut. semoga bermanfaat!

Salam hormat,

Gibran A Wibawa, dr., SpBS., MBA.

Informasi lebih lanjut dapat anda akses gratis melalui layanan whatsapp yang kami sediakan atau hubungi kami.

Jenis-Jenis Obat Untuk Saraf Terjepit Pada Leher

Jenis-Jenis Obat Untuk Saraf Terjepit Pada Leher

Obat untuk saraf terjepit – Sebagian  besar penderita saraf terjepit dileher akan mengeluhkan nyeri pada leher bagian belakang, ada juga yang disertai dengan keluhan kesemutan / rasa tebal di lengan, tangan, hingga jari-jari.

Hal pertama yang harus anda lakukan bila mengalami nyeri leher belakang adalah meredakan keluhan dengan obat-obatan. Walaupun anda adalah tipe orang yang anti minum obat, ketika anda mengalami HNP pada leher dan mengalami nyeri leher, anda harus minum pereda nyeri. Anda bisa mendapatkan obat pereda anti nyeri ringan di Indomaret, Alfamart, atau apotik terdekat tapi anda juga bisa meminta resep obat anti nyeri khusus pada dokter umum, dokter saraf, dokter ortopaedi, dan dokter bedah saraf.

Ada tiga jenis obat-obatan yang biasa digunakan untuk kasus-kasus ini. Yang pertama adalah jenis obat anti-inflamasi non-steroid, kedua, anti nyeri yang mengandung narkotik, dan yang terakhir adalah obat-obatan jenis steroid.

1. Obat untuk saraf terjepit jenis anti-inflamasi non-steroid

Jenis yang pertama yaitu obat anti-inflamasi non-steroid, dimana beberapa diantaranya sudah tidak asing lagi seperti obat-obat yang mengandung parasetamol, asam mefenamat, natrium diklofenak. Namun bila anda membutuhkan obat yang lebih kuat seperti golongan Celecoxib (FDA Alert) anda memerlukan resep dokter. Namun anda perlu ingat bahwa ada beberapa efek samping dari obat-obat tersebut seperti gangguan asam lambung,  dll sehingga ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anda.

2. Anti nyeri yang mengandung senyawa turunan dari bahan-bahan narkotik

Jenis kedua adalah obat anti nyeri yang mengandung senyawa turunan dari bahan-bahan narkotik, seperti kodein, morfin, hidrocordon, dan tramadol. Untuk jenis ini anda mutlak membutuhkan resep dokter karena mengandung bahan narkotik. Jenis obat ini memiliki efek pereda anti nyeri yang lebih kuat namun memberikan efek mengantuk.

3. Obat-obatan steroid

Golongan ketiga adalah obat-obatan steroid. Ada beberapa jenis yang mungkin tidak asing ditelinga anda seperti metilprednisolon dan deksametason. Untuk jenis ini anda juga membutuhkan resep dokter selain karena terdapat metode khusus dalam penggunaannya, anda juga harus dijelaskan mengenai efek samping dari obat-obat steroid.

Tujuan dari penggunaan obat-obatan ini adalah untuk menciptakan suasana nyaman, bebas nyeri, dan ”buying time”/ mengulur waktu. Pada beberapa kasus HNP leher, keluhan dapat hilang namun memerlukan beberapa waktu (beberapa hari hingga mingguan) sehingga tidak perlu dilakukan operasi. Pada kasus-kasus seperti itu penggunaan obat-obat anti nyeri diperlukan untuk  mengontrol nyeri yang berlebihan sehingga penderita mampu beraktifitas seperti biasa.

Semoga bermanfaat.

Salam hormat,

Gibran A Wibawa, dr., SpBS., MBA.

Informasi lebih lanjut dapat anda akses gratis melalui layanan whatsapp yang kami sediakan atau hubungi kami.

× Whatsapp dr Spesialis kami, Free!